Sinonggi, Makanan Khas Suku Tolaki Kendari

Sinonggi, Makanan Khas Suku Tolaki Kendari – Keanekaragaam hayati yang dimiliki oleh Indonesia memang tidak diragukan lagi. Tersebar dari sabang hingga merauke, begitu juga dengan Sulawesi Tenggara. Salah satu provinsi di Sulawesi ini juga memiliki ragam hayati yang kaya. Seperti adanya tepung sagu dari pohon sagu atau pohon rumpia yang bisa diolah menjadi makanan khas. Makanan khas tersebut di sebut dengan Sinonggi. Ingin tahu bagaimana kuliner nusantara ini? Simak ulasannya.

Olahan Dari Sagu Dengan Manfaat Kesehatan

Pohon rumbia sendiri merupakan pohon yang berjenis palma dan tumbuh hampir di seluruh tanah Sulawesi Tenggara. Pohon rumbia ini bisa ditemui di area yang berair seperti aliran sungai, tanah bencah dan rawa rawa air tawar serta di lingkungan hutan yang daratan rendah. Karena banyaknya tanaman ini, membuat masyarakatnya memanfaatkannya bahkan tepung sagu bisa berperan sebagai pengganti nasi.

Salah satu hasil olahan dari sagu di Kendari adalah Sinonggi atau bisa disebut Songgi. Olahan ini menjadi hidangan khas suku Tolaki yang merupakan yang mendiami Sulawesi Tenggara. Sinonggi sendiri memang menjadi pengganti nasi dan menjadi makanan pokok untuk masyarakat Sulawesi Tenggara. Memiliki kandungan karbohidrat nyatanya sagu juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.

Mengkonsumsi sagu secara sering akan mencegah adanya darah tinggi pada tubuh. Karena di dalam sagu terdapat kandungan potasium yang konon mampu untuk meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh. Selain itu, sagu juga akan memperlancar pencernaan atau memperbaikinya. Gangguan pencernaan seperti maag, kembung atau asam lambung bisa di atasi dengan sagu. Sagu juga mampu untuk meningkatkan kesehatan sendi dan tulang.

Dihidangkan Dengan Lauk Yang Tak Kalah Sehat

Di Sulawesi Tenggara Singonggi akan disandingkan dengan aneka lauk yang juga kaya akan gizi. Seperti sayur dan ikan segar yang membuat sinonggi semakin lezat. Makanan khas ini terdiri dari songgi. Songgi sendiri merupakan olahan sagu yang berbentuk seperti lem yang kenyal dan lengket. Karena lengket inilah membuat makanan ini harus disajikan dengan lauk yang memiliki kuah.

Songgi sendiri dibuat dengan cara yang mudah dengan mencuci sagu terlebih dahulu sebagai langkah pertama. Setelah sagu bersih sagu bisa langsung ditambahkan dengan air kemudian dilakukan penyaringan. Kemudian diendapkan hingga beberapa menit sampai airnya terpisah dari sagu. Apabila terjadi endapan bisa langsung memisahkan sagu dengan air. Sagu yang telah terpisah segera disiram menggunakan air mendidih dan diaduk hingga kental.

Jika sudah kental dan menemukan situs slot gacor warna yang sesuai dengan keinginan, maka Songgi sudah bisa dihidangkan. Sinonggi memiliki rasa yang cukup tawar sehingga akan lebih mantap jika disantap dengan lauk lainnya. Lauk yang paling sering disandingkan dengan Songgi adalah sayur bening. Sayur bening yang berisi daun bayem dan kacang panjang lebih banyak ditemui. Namun bukan berarti sayur yang lain juga tidak bisa digunakan.

Sayur untuk sayur bening bisa berupa jagung, atau wortel bahkan sayur yang bisa dibening juga tetap bisa disandingkan. Beberapa juga menggunakan sayur yang berkuah santan sebagai pendapamping makan Sinonggi. Jadi semua kembali pada selera masing masing penikmatnya. Seperti nasi putih yang digunakan sebagai makanan pokok lainnya bisa dipadukan dengan sayur apapun juga tetap nikmat.

Begitu pula berlaku pada sinonggi bisa disandingkan dengan sayur yang berkuah apapun. Asalkan yang berkuah agar bisa menikmati makanan khas Suku Sulawesi Tenggara ini dengan mudah. Namun yang paling banyak ditemui adalah menyantap sinonggi dengan sayur bening atau kuah bersantan. Dengan sayurnya saja sudah bisa dipastikan jika makanan ini memiliki kandungan gizi yang baik untuk kebugaran tubuh.

Disandingkan Dengan Ikan Berkuah

Sulawesi termasuk ke dalam daerah yang menghasilkan hasil laut yang melimpah. Masyarakatnya juga gemar mengkonsumsi ikan dibandingkan dengan penghasil protein lainnya. Lauk ikan atau ayam ini yang paling khas dimasak dengan bumbu tawaoloho yakni dimasak bening. Dengan menambahkan depo 25 bonus 25 to kecil bumbu khusus yaitu daun kedondong atau tawaoloho. Daun kedondong hutan ini sedikit berbeda jika dengan daun kedondong biasa.

Cita rasa yang dihasilkan oleh daun kedondong hutan akan lebih asam sehingga rasanya akan segar dan kecutnya pas. Namun seiring berjalannya waktu banyak juga yang menyajikan kuah ikan atau ayam dengan cara dimasak santan. Hal ini terjadi di daerah Palopo yang menggunakan ikan berkuah santan. Di palopo juga ada makanna yang berbahaan dasar sagu hampir sama dengan sinonggi.

Bedanya, dalam menyajikan sinonggi semua lauk dan sinongginya dipisahkan. Sehingga penikmatnya bisa memilih ingin memakan dengan lauk yang mana. Sementara di Palopo semuanya dijadikan menjadi satu. Hal ini tentunya membuktikan bahwa Sinonggi bisa disantap dengan apa saja. Dan ikan berkuah digunakan sebagai lauk agar kandungan gizinya semakin berlipat. Jika dulu menggunakan ikan laut sekarang juga ada yang menggunakan ayam.